Senin, 28 Juli 2008

menimbang B2B

HorisontalA. B. Susanto*
Jika berbicara kemampuan bersaing perusahaan Indonesia, tidak boleh meninggalkan masalah keterkaitan diantara mereka. Menemukan bahan baku yang terbaik dan termurah, serta diserahkan tepat waktu merupakan salah satu kunci keunggulan kompetitif, yang harus dimiliki oleh para pelaku bisnis di Indonesia.

Perdagangan elektronik B2B
Kelahiran internet sangat membantu mencari pemasok yang dapat memberikan harga yang paling kompetitif melaui e-commerce B2B (business to business). Proses B2B e-commerce membutuhkan hubs, yang berperan sebagai perantara atau pencipta pasar jejaring (net market). Para perantaraini menampung ‘bangunan pasar elektronik’ sebagai tempat bagi peserta penawaran lelang dan juga mengatur semua transaksi.
Perdagangan elektronik B2B ini mempunyai dua jenis, yaitu vertikal dan horisontal dan dengan sendirinya membutuhakan dua jenis pernatara. Perantara vertikal mengatur semua transaksi yang dilakukan oleh partisipan yang berasal dari jenis industri yang sama, sementara perantara horizontal mengatur transaksi dari partisipan dari berbagai macam industri. Menciptakan perantara horisontal ini berarti juga mengumpulkan penjual dan pembeli yang luas dari berbagai macam kelompok industri untuk membeli barang.
Keberadaan perantara multi-industrial atau horisontal ini diharapkan dapat memberikan efisiensi transaksi yang baru dan standar, dan beberapa peluang bisnis di antara supply chain yang akan menguntungkan pembeli maupun penjual. Terlebih lagi, perantara B2B horisontal ini juga menjanjikan kemudahan dan mempercepat transaksi.
Membuat perantara jenis ini juga merupakan suatu bentuk pergeseran tujuan dari perusahaan-perusahaan modern, yang tidak lagi memberikan penekanan pada kompetisi. Menurut David James, perusahaan-perusahaan modern saat ini berorientasi pada misi network society, resource-sharing dan kerja sama, dan menganggapanya lebih penting daripada kompetisi.
Penekanan biaya merupakan keuntungan yang dapat diperoleh dari perantara horisontal B2B ini. Karena selain pemasok dapat menekan biaya administrasi dan customer attainment, juga perantara ini memiliki power untuk meringankan biaya pemrosesan seperti turunnya biaya transaksi.
Perantara B2B horisontal ini juga menyebabkan perampingan inventory. Ini berarti bahwa perantara ini mempengaruhi pemendekan di beberapa key supply-chain areas seperti keuangan, logistik dan lain-lain.
Di samping itu, semua transaksi melalui perantara B2B horisontal dilakukan tanpa banyak dicampuri ‘tangan’ manusia. Artinya, akan ada sedikit sekali kesalahan-kesalahan yang dibuat dalam melakukan transaksi. Lebih jauh lagi, oleh karena supply chain cukup tertutup bagi setiap partisipan, maka sedikit sekali kemungkinan terjadinya kesalahan karena supply chain dalam perantara B2B horisontal ini menjadikan mereka bagian-bagian yang terintegrasi dari proses manufaktursampai delivery.
Berkaitan dengan hubungan yang terjalin antara pemasokdan pembeli, perantara B2B horisontal menciptakan hubungan jangka panjang dan mendalam karena supplier dapat mengakses basis pelanggan yang cukup besar dan juga tercipta nilai-nilai baru di antara mereka.
Salah satu dampak negatif dari bisnis yang dilakukan melalui perantara ini adalah monopolisasi. Ini berarti keberadaan perantara ini dengan perlahan akan mematikan keberadaan para pemasokkecil karena perantara ini memiliki collective strength pada harga. Oleh karena perusahaan-perusahaan besar yang tergabung dalam perantara ini memotong cost margin sampai kepada harga yang terendah sehingga mereka akan mendominasi harga pasar. Terlebih lagi, hal ini juga menciptakan ketakutan para pemasok kecil karena mereka akan terpengaruh oleh harga yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan besar tersebut, dan celakanya, mereka tidak dapat ikut mengontrol harga.
Kemudian adanya perantara B2B horisontal ini akan memaksa para pemasok untuk berkecimpung di dalam online business. Kenyataannya, untuk mengimplementasikannya dibutuhkan dana yang tidak sedikit dan ini memberatkan para supplier kecil.
Kelemahan lainnya adalah dipertanyakannya kualitas dan reliability produk-produk tersebut, sulit untuk diperiksa. Hambatan lainnya adalah memeriksa creditworthiness dari mitra-mitra baru. Masalah ini sangat mengganjal karena situasi ini berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk bisa membayar jika mereka menang lelang.
Masalah keamanan, tingginya tingkat komitmen antara perusahaan satu dengan yang lainnya dalam transaksi, trust, kejelasan struktur perantara B2B horisontal, kerahasiaan, dan standar umum juga merupakan faktor-faktor yang penting untuk dipertimbangkan. Faktor-faktor inilah yang menjadi tantangan dari perantara B2B horisontal, yang menampung berbagai perusahaan dari industri dan budaya yang berbeda-beda.
Kohler mengatakan, kecepatan dari transaksi dan proses-proses yang menggerakkan bisnis melalui perantara horisontal B2B ini sedanga dipertanyakan.

Menimbang Untung Rugi
Dapat disimpulkan bahwa keuntungan dan kerugian berbisnis melalui perantara horisontal B2B ini sama besarnya. Ini berarti bahwa perusahaan harus ekstra hati-hati untuk memutuskan bergabung dengan procurement exchanges dengan mempertimbangkan pula dampak-dampak negatif, di samping sisi positifnya. Mengukur kekuatan dan competitiveness dari perusahaan merupakan langkah terpenting.
*Managing Partner The Jakarta Consulting Group

Tidak ada komentar: